Dalam Filsafat pragmatisme John Dewey, Tuhan adalah suatu kekuatan yang menghubungkan antara kenyataan hidup manusia dengan keinginannya. Dalam buku Agama Pragmatis: Telaah dan Konsepsi agama John Dewey oleh Haniah, kenyataan dan keinginan tersebut disebut sebagai hal-hal faktual dan ideal, atau realisasi dan imajinatif manusia yang didalamnya termasuk juga semua kekuatan di dunia dengan keadaan alam. Menurutnya, manusia tidak diciptakan dengan kenyataan dimana kondisi mereka yang sudah sesuai dengan cita-cita mereka. Juga tidak dalam keadaan dimana mereka hanya memiliki fantasi ideal. Melainkan ada kekuatan yang menyatukan kedua hal tersebut, dan itulah Tuhan. John Dewey memberi batasan atas kerangka berpikirnya mengenai Tuhan. Menurutnya penyatuan antara ideal dan aktual tidak dapat terjadi secara mistis, meskipun ini bisa menjadi kemungkinan ideal. Mengapa disebut sebagai keadaan yang terjadi tanpa hal mistis? Karena kesatuan ideal dan aktual dapat terjadi menurutnya semata-mata hanya karena usaha manusia dalam disiplin jiwa. Jadi kesatuan ini berjalan secara natural dan moral dalam pengalaman hidup manusia.
Dari bahasan di atas ini dapat dikatakan bahwa Tuhan itu tidaklah nyata akan tetapi juga tidak menyesatkan. Tidak nyata mengacu pada kemunculannya yang hanya dari proyeksi ideal dan imajinasi manusia, dan tidak menyesatkan karena diciptakan oleh fantasi sehingga tidak menyesatkan karena untuk melayani tujuan idealisasi harapan dan keinginan manusia. Lebih lanjut lagi, Dewey mendefinisikan nilai keagamaan serta kaidah moral dan etika sebagai hal yang berjalan seperti relatifitas kebenaran. Ketiga hal ini, bersama kebenaran sangat tergantung pada pengalaman manusia dan metode yang dipakai. Sama sekali tidak disebutkan bahwa Dewey mengakui adanya pewahyuan dari Tuhan ataupun pemberian sebuah nilai kepada menusia untuk diterima secara dan dilaksanakan dengan patuh. Melainkan kesemuanya muncul dari kesepakatan atau hasil diskusi semata dan melalui pembuktian empiris seperti yang dilakukan dalam pembuktian ilmu pengetahuan. Manusia bebas dan tidak harus terikat dengan nilai dogma yang ada. Manusia bebas berarti manusia hidup secara demokratis untuk menentukan apapun dalam hidup mereka.
Atheis Militan dan Supranaturalisme memiliki konsep ketuhanan yang hampir sama dengan Pragmatisme yaitu membahas mengenai manusia yang terisolasi. Menurut paham Supranaturalisme, bumi adalah pusta moral yang universal dan manusia adalah puncak seluruh skema benda-benda. Supranaturalisme juga menganggap kejatuhan manusia dalam dosa dan pengampunan sebagai drama yang penting bagi kehidupan manusia sementara alam sendiri tidak mengalami pengampunan itu jadi dianggap sebagai bagian yang terkutuk. Menurut Atheis Militan, Tuhan berarti kesatuan ideal dan aktual yang membebaskan manusial dari rasa isolasi yang disebabkan oleh kebencian anatara dunia dengan diri mereka sendiri. Dewey melihat Militan terlalu selektif dalam mendefinisikan hubungan manusia dengan alam. Menurutnya ada hubungan manusia yang tidak bersahabat dengan alam, yang mampu memunculkan kekuatan yang tidak benar dan menghasilkan perselisihan. Jadi yang bersifat ‘ilahi’ dalam kacamata Militan menurut dewey bersifat pilihan dan aspirasi manusia. Mengenai Supranaturalisme, Dewey menilai bahwa konsep agama yang dimilikinya muncul atas dasar keadaan pedih krisis dalam agama. Sehingga hanya akan berkutat pada estimasi kemungkinan yang belum tentu dapat terealisasikan. Juga menempatkan agama sebagai organisasi yang hanya mengurusi individual dan memberi batasan antara religious dengan yang sekuler, sedangkan menurut Dewey agama harus bergerak dalam bidan sosial mengurusi manusia. Agama harus bersifat sekuler dalam dunia ini.
Konsep pragmatisme yang menekankan pada keberartian sebuah makna yang tergantung dari apa yang dapat dilakukan adalah konsep yang menjadi pegangan John Dewey. Melalui cara pandang ini, Dewey melihat bahwa pengalaman manusia adalah unsur tertinggi yang menjadi dasar atas semua yang memiliki arti di dunia ini. Selain itu, Dewey percaya bahwa hidup tidak memiliki tujuan akhir, oleh karena itu tindakan manusia untuk menjadi orang penting harus melalui kerjasama/hubungan sosial dengan orang lain. Sehingga Tuhan tidak memiliki andil dalam memberikan pernyataan, karena yang melakukan hal tersebut adalah hubungan sosial manusia yang demokratis. Karena John yakin bahwa manusia akan terus-menerus berkembang untuk menjadi lebih baik, dan semua hal yang ada di dunia ini akan terus berkembang tanpa terkecuali. Namun jika hal ini dibenarkan, maka yang akan terjadi adalah pernyataan yang dikeluarkan hasil dari demokrasi, akan terus mengalami pergeseran (teori lama akan digeser teori baru yang lebih benar/diterima bagi masyarakat luas), dan kebenaran akan menjadi hal yang tidak absolut karena berdasarkan pada pengalaman manusia yang terus berkembang.
Hal yang mengejutkan dari pendapat John Dewey adalah agama yang selama ini menjadi keyakinan seseorang dalam menyembah Tuhan, merupakan pengalaman emosi belaka yang membuat manusia memiliki rasa nyaman dan bebas dari kekawatiran. Baginya, agama bukanlah sarana yang dapat membentuk pengalaman spiritual, melainkan dari perkembangan diri melalui bakat yang direalisasikan kepada masyarakat yang demokratis, sehingga tidak lagi diperlukan pelayanan gereja. Melalui hal ini maka dapat dikatakan bahwa agama seharusnya bersifat demokratis dan terbuka terhadap kemungkinan-kemungkinan untuk memperoleh nilai dan kebenaran yang baru.
Hal lain yang perlu dikoreksi dari filsafat John dewey adalah pendapatnya mengenai Tuhan. Dewey menganggap bahwa yang menjadi tuhan dalam kehidupan manusia adalah pengetahuan ideal dan astual. Jika dilihat dari kacamata dunia, maka hal ini membuat manusia berusaha untuk mendapatkan posisi tersebut dan akan terus mengembangkan diri mereka sampai mereka menemukan titik dimana pengetahuan ideal dan aktual dapat mereka raih, dengan kata lain merekalah yang menjadi tuhan itu sendiri. Namun jika dilihat dari kacamata Kekristenan, maka hal tersebut merupakan kesalahan yang sangat besar karena bukan manusia yang menentukan alur kehidupan dan pengetahuan, tetapi Tuhan yang mengatur semuanya. Keberadaan Tuhan bersifat mutlak, baik itu dalam kebenaran, pengetahuan, dan hal lainnya. Satu hal yang perlu juga diingat adalah, Tuhan bukan sebuah objek yang dapat dicapai oleh manusia, tetapi Tuhan merupakan sosok pribadi yang harus disembah dan sumber dimana manusia meminta hikmat dalam melakukan berbagai hal termasuk dalam pengetahuan. Dengan kata lain, filsafat yang dilontarkan oleh John Dewey merupakan kekeliruan yang harus diluruskan, karena mengingat filsafat yang dikemukankan oleh Dewey telah membawa pengaruh besar didunia ini, terlebih lagi dalam dunia pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar